Rezeki memiliki makna yang luas, yaitu segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa pakaian, makanan, sampai pada istri. Itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak laki-laki atau anak peremupuan termasuk rezeki. Termasuk pula dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran dan penglihatan.”
Sedangkan rezeki batin memiliki makna sesuatu yang berguna bagi batin; santapan rohani.
Allah berfirman dalam surat Asy Syuraa ayat 27, “Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
hadis lain menyebutkan, “Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan (setelah ‘arsy, air dan angin) adalah qalam (pena), kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata, “Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya.”
لاَاِلٰهَ اِلاَّاللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ
Laa ilaaha illallaahul malikul haqqul mubiinu (100 x)
“Tida ada Tuhan selain Allah, Raja yang sebenarnya dan yang nyata.”
سُبْحَانَ اللّٰهِ وَبِحَمْدِهٖ سُبْحَانَ اللّٰهِ الْعَظِيْمِ اَسْتَغْفِرُاللّٰهَ
Subhaanallaahi wa bihamdihii subhaanallaahil ‘adhiimi astaghfirullaaha (100 x)
“Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya. Maha Suci Allah yang Maha Agung. Aku memohon ampun kepada Allah.”
Amalan di atas dibaca setiap hari. Waktu yang paling baik untuk mengamalkannya adalah antara shalat sunat subuh dan fardu subuh. Jika tidak bisa, maka setelah salat subuh sebelum terbit matahari. Jika tidak bisa juga, maka ketika matahari tergelincir. Jadi, dalam sehari itu tidak boleh terlewatkan tanpa mengamalkannya.