Shalat istikharah yang dlakukan oleh seseorang tentu saja dengan harapan keinginannya dapat segera tercapai, dengan kata lain maksud dan tujuannya agar mendapat petunjuk dari Allah segera terealisasi. Berikut ini penjelasan mengenai tanda shalat istikharah dijawab Allah.
Kebimbangan dan kegalauan seseorang yang dihadapkan pada beberapa pilihan yang menurut dirinya sama-sama baik, sehingga dirinya sulit untuk menentukan pilihan. Diharapkan dengan melakukan shalat istikharah akan dapat menemukan jawabannnya. Lalu bagaimana kita mengetahui bahwa shalat istikharah kita dijawab Allah, atau Allah memberikan petunjuk dan tanda kepada kita.
Tidak ada dalil yang menunjukkan tanda-tanda jawaban dari shalat istikharah. Ini memperkuat uraian di atas bahwa yang memilih adalah kita, bukan Allah memilihkan kita, tetapi kita berdoa agar Allah memberikan kekuatan kita dalam memilih.
Pendapat ulama mengenai tanda shalat istikharah
Ulama besar Syafii, Iz bin Abdussalam mengatakan setelah istikharah seorang hamba hendaknya mengambil keputusan yang diyakininya dengan pasti. Ulama lain Kamaluddin Zamlakani mengatakan selesai shalat istikharah hendaknya seseorang mengambil keputusan yang sesuai keyakinannya. Baik itu sesuai dengan bisikan hatinya atau tidak, karena kebaikan adalah pada apa yang ia yakini, bukan dari apa yang cocok di hatinya.
Bisikan hati kadang dipengaruhi oleh perasaan subyektif dan tidak ada dalil yang menyatakan seperti itu. Imam Qurtubi juga mengatakan hal yang sama dan menambahkan hendaknya hatinya dibersihkan dari hal-hal yang mempengaruhinya. Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa sebaiknya tidak mengikuti kecenderungan hati karena biasanya itu dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan shalat istkharah.
Setelah memilih dengan analisa dan pertimbangannya yang matang, hendaknya juga diikuti sikap tawakkal. Bahwa itu mudah-mudahan pilihan yang tepat dan mudah-mudahan Allah akan memudahkan semuanya.
Tidak seperti persangkaan sebagian orang bahwa jawaban shalat istikharah dikirim Allah dalam bentuk mimpi. Sesungguhnya hasil istikharah adalah kemantapan hati. Yaitu, hati kita lebih condong ke pilihan mana yang terasa lebih baik untuk kita. Hati kita mantap memilih apa, itulah hasil istikharah kita, tidak harus berupa mimpi.
Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Setelah istikharah, seseorang harus mengerjakan apa yang dirasa baik untuknya. Di samping itu, hendaknya ia benar-benar bebas dari kehendak pribadi. Jadi jangan sampai ada perasaan ini pilihan terbaik, sebelum mengerjakan shalat istikharah. Karena jika demikian, sama halnya tidak istikharah atau kurang tawakkal pada pengetahuan dan kekuasaan Allah.”
Hadits shalat istikharah
Syaikh Wahbah Az Zuhaili rahimahullah dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menguatkan dengan mengutip riwayat Ibnu Sunni. “Hai Anas, jika engkau menginginkan sesuatu, maka mintalah petunjuk kepada Allah sebanyak tujuh kali. Setelah itu, lihatlah urusanmu mana yang masuk dalam hatimu pertama kali karena di situlah tempat kebaikan.”
Dalam hadis tidak dijelaskan bagaimana jawaban dari shalat istikharah akan diberikan. Sehingga apakah akan lewat mimpi atau lewat isyarat lainnya, kita tidak pernah mendapatkan keterangan yang pasti dan shahih.
Mimpi bisa saja jadi media jawaban dari Allah. Namun bukan berarti hanya selalu lewat mimpi. Sebab yang namanya mimpi sangat mungkin diintervensi oleh syetan. Syetan adalah makhluq Allah yang paling licik sekaligus paling mungkin masuk ke dalam mimpi seseorang. Syetan bisa dengan mudah berpura-pura menyamar menjadi siapa pun, sehingga yang mengalami mimpi itu jadi sangat yakin. Padahal bisa saja isinya justru menyesatkan.
Yang jelas apa pun yang ada di dalam mimpi itu, tidak boleh dijadikan sebagai rujukan masalah syariah. Demikian juga, tidak boleh bertabrakan dengan hal-hal yang sudah ditetapkan oleh syariah.