Disunahkan Memohon Mati syahid
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim melalui Anas r.a. yang menceritakan:
Rasulullah saw masuk menemui Ummu Haram, lalu tidur kemudian bangun seraya tertawa. Maka Ummu Haram bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang menyebabkan engkau tertawa?” beliau menjawab, “Segolongan orang dari umatku ditampilkan di hadapanku sebagai pasukan perang di jalan Allah, mereka melintasi jalan laut ini bagaikan raja-raja di atas dipan-dipannya atau seperti para raja.”
Ummu Haram berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah, semoga Dia menjadikan diriku termasuk di antara mereka,” maka Rasulullah saw mendoakannya.
Diriwayatkan di dalam kitab Sunan Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasai dan Ibnu Majah melalui Mu’adz r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang meminta kepada Allah mati syahid dengan setulus hatinya, kemudian ia mati atau gugur, maka baginya pahala orang yang mati syahid.”
Imam Turmudzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat sahih.
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Muslim melalui Anas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda,”Barang siapa yang memohon mati syahid dengan tulus ikhlas, niscaya akan diberi, sekalipun ia tidak mati syahid.”
Diriwayatkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui Sahl ibnu Hunaif r.a. bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Barang siapa yang meminta kepada Allah swt mati syahid dengan sejujurnya, niscaya Allah swt akan mengantarkannya kepada kedudukan syuhada, sekalipun ia mati di atas peraduannya.”
Hal-hal yang harus dianjurkan imam kepada panglima pasukan
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Muslim melalui Buraidah r.a. yang menceritakan: Rasulullah saw apabila mengangkat seorang panglima untuk suatu pasukan atau sariyah (pasukan khusus), beliau berpesan kepadanya secara khusus untuk bertakwa kepada Allah swt, dan berpesan kebaikan kepada orang-orang muslim yang bersamanya.
Lalu beliau bersabda, “Berperanglah kalian dengan nama Allah di jalan Allah. perangilah orang yang kafir kepada Allah. berperanglah kalian, tetapi jangan berlaku korupsi, jangan pula khianat. Janganlah kalian mencincang (musuh), jangan pula membunuh anak-anak. Apabila engkau menjumpai musuhmu dari kaum musyrik, serulah mereka kepada tiga perkara……” hingga akhir hadis.
Merahasiakan maksud peperangan
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim melalui Ka’b ibnu Malik r.a. yang menceritakan, “Tidak sekali-kali Rasulullah saw melakukan suatu perjalanan (perang) melainkan beliau menutupinya dengan hal yang lain.”
Doa bagi orang yang berperang atau bekerja membantu peperangan, dan menyebutkan hal-hal yang membangkitkan semangat dan daya juang mereka
Allah swt berfirman dalam surat Al Anfal ayat 65, “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang.”
Surat An Nisa ayat 84, “Kobarkanlah semangat para mukmin.”
Diriwayatkan di dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim melalui Anas r.a. yang menceritakan:
Rasulullah saw keluar menuju Khandaq, tiba-tiba beliau melihat kaum Muhajirin dan Anshar sedang menggali parit di pagi hari yang dingin. Ketika beliau melihat kelelahan dan rasa lapar yang dialami mereka, beliau berdoa:
اَللّٰهُمَّ اِنَّ الْعَيْشَ عَيْشُ الْاٰ خِرَةِ فَاغْفِرْ لِلْاَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَةِ
Allaahumma innal ‘aisya ‘aisyul aakhirati faghfir lil anshaari wal muhaajirati.
“Ya Allah, sesungguhnya kehidupan (yang sejati itu) adalah kehidupan akhirat, ampunilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin.”
Doa, tadharru dan bertakbir ketika berperang serta menyebutkan janji Allah swt yang akan memberikan pertolongan kepada kaum mukmin
Allah swt berfirman dalam surat Al Anfal ayat 45-47:
- Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
- dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
- dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini merupakan ayat yang paling mencakup semua etika berperang.
Diriwayatkan di dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi saw berada di dalam kemah kecilnya seraya berdoa:
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَنْشُدُكَ عَهْدَكَ وَوَعْدَكَ, اَللّٰهُمَّ اِنْ شِءْتَ لَمْ تُعْبَدْ بَعْدَ الْيَوْمِ
Allaahumma innii ansyuduka ‘ahdaka wawa’daka, Allaahumma insyi’ta lam tu’bad ba’dal yaumi.
“Ya Allah, sesungguhnya aku menuntut kesediaan dan janji-Mu. Ya Allah, jika Engkau menghendaki, niscaya Engkau tidak akan disembah sesudah hari ini.”
Sahabat Abu Bakar r.a. memegang tangannya dan berkata, “Cukuplah wahai Rasulullah, sesungguhnya Engkau telah mendesak Rabbmu.”
Maka beliau (Nabi saw) keluar dari kemahnya seraya membacakan firman Allah, “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka, dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (Al Qamar ayat 45-46).
Riwayat lain menyebutkan bahwa hal itu terjadi pada perang Badar. Demikian menurut lafaz yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Menurut lafaz yang diriwayatkan oleh Imam Muslim adalah sebagai berikut:
Nabi Allah saw menghadap ke arah kiblat, kemudian mengangkat kedua tangannya, lalu mulai menyeru Rabbnya dengan mengucapkan doa berikut:
اَللّٰهُمَّ اَنْجِزْ لِى مَاوَعَدْتَنِى, اَللّٰهُمَّ اٰتِ مَاوَعَدْتَنِى, اَللّٰهُمَّ اِنْ تَهْلِكْ هٰذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ اَهْلِ الْاِ سْلاَمِ لاَتُعْبَدُ فِى الْاَ رْضِ
Allaahumma anjiz lii maa wa’ad tanii, Allaahumma aati maa wa’ad tanii, Allaahumma in tahlik haadzihil ‘ishaabata min ahlil islaami laa tu’badu fil ardhi.
“Ya Allah, tunaikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika golongan dari ahli islam ini binasa, niscaya Engkau tidak akan disembah di muka bumi.”
Beliau masih tetap berdoa, menyeru Rabbnya, seraya mengangkat kedua tangannya hingga kain selendangnya jatuh.
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih ukhari dan Shahih Muslim melalui Abdullah ibnu Abu Aufa yang menceritakan:
Rasulullah saw pada sebagian peperangannya ketika beliau berhadapan dengan musuh, menunggu sampai matahari condong, kemudian berkhotbah kepada orang-orang (pasukan kaum muslim).
Beliau bersabda, “Hai manusia, janganlah kalian berharap untuk bersua dengan musuh, tetapi mintalah selamat kepada Allah. apabila kalian bersua dengan mereka (musuh), maka bersabarlah kalian; dan ketahuilah bahwa surga itu terletak di bawah naungan pedang.”
Kemudian beliau berdoa:
اَللّٰهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِى السَّحَابِ وَهَازِمَ الْاَ حْزَابِ, اَهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَاعَلَيْهِمْ
Allaahumma munzilal kitaabi wamujris sahaabi wahaazimal ahzaabi ahzimhum wanshurnaa ‘alaihim.
“Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menggiring awan, dan yang mengalahkan golongan yang bersekutu, kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka.”
Menurut riwayat yang lain disebutkan seperti berikut:
اَللّٰهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ الْحِسَابِ اَهْزِمِ الْاَ حْزَابَ, اَللّٰهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ
Allaahumma munzilal kitaabi, sarii’al hisaabi, ahzimil ahzaaba, Allaahummah zimhum wazalzilhum.
“Ya Allah yang menurunkan kitab (Al Qur’an), dan Mahacepat pemeriksaan-Nya, kalahkanlah golongan yang bersekutu itu. Ya Allah, kalahkanlah mereka dan goncangkanlah mereka.
Diriwayatkan di dalam kitab Shahihain melalui Anas r.a. yang menceritakan:
Nabi saw menyerang Khaibar di pagi hari. Ketika mereka (penghuni Khaibar) mengetahui kedatangannya, mereka mengatakan, “Muhammad dan pasukannya tiba.” Lalu mereka berlindung di benteng.
Nabi saw mengangkat kedua tangannya lalu berseru:
اَللّٰهُ اَكْبَرُ خَرِبَتْ خَيْبَرُ, اِنَّااِذَانَزَلْنَابِسَاحَةِ قَوْمٍ فَسَاءَصَبَاحُ الْمُنْذَرِيْنَ
“Allah Mahabesar, semoga Khaibar hancur. Sesungguhnya apabila kami menurunkan serangan di halaman suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu.”
Diriwayatkan dengan sanad yang sahih di dalam kitab Sunan Abu Daud melalui Sahl ibnu Sa’d r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
Ada dua keadaan yang tidak pernah ditolak atau jarang ditolak (bila berdoa padanya), yaitu doa ketika azan dan doa ketika perang, yaitu di saat sebagian dari mereka terlibat dalam perang dengan sebagian yang lain.
Diriwayatkan di dalam kitab Sunan Abu Daud, Imam Turmudzi dan Imam Nasai melalui Anas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw apabila berperang selalu mengucapkan doa berikut:
اَللّٰهُمَّ اَنْتَ عَضُدِى وَنَصِيْرِى بِكَ اَحُوْلُ وَبِكَ اَصُوْلُ وَبِكَ اُقَاتِلُ
Allaahumma anta ‘adhudii wanashiirii bika ahuulu wabika ashuulu wabika uqaatilu.
Ya Allah, Engkau adalah penopangku dan penolongku, hanya karena Engkaulah aku membuat siasat tipu muslihat, karena Engkaulah aku mempertahankan diri, dan karena Engkaulah aku berperang.
Imam Turmudzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan.
Diriwayatkan dengan sanad yang sahih di dalam kitab Sunan Abu Daud dan Sunan Nasai melalui Abu Musa Al Asy’ari r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw apabila merasa takut terhadap suatu kaum mengucapkan doa berikut:
اَللّٰهُمَّ اِنَّانَجْعَلُكَ فِى نُحُورِهِمْ وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ
Allaahumma innaa naj’aluka fii nuhuu rihim, wana’uu dzubika min syuruu rihim.
Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan leher mereka di bawah kekuasaan-Mu, dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka.
Diriwayatkan di dalam kitab Imam Turmudzi melalui Umamah ibnu Za’karah r.a. yang menceritakan:
Sesungguhnya Allah telah berfirman, “Sesungguhnya hamba-Ku yang sejati, ialah orang yang selalu mengingat-Ku dalam keadaan berperang dengan musuhnya.
Diriwayatkan di dalam kitab Ibnu Sinni melalui Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda pada perang Hunain:
Janganlah kalian mengharapkan bersua dengan musuh, karena sesungguhnya kalian tidak mengetahui cobaan apa yang akan menimpa kalian karena mereka. Apabila kalian bersua dengan mereka, ucapkanlah:
اَللّٰهُمَّ اَنْتَ رَبُّنَاوَرَبُّهُمْ وَقُلُوْبُنَاوَقُلُوْبُهُمْ بِيَدِكَ, وَاِنَّمَايَغْلِبُهُمْ اَنْتَ
Allaahumma anta rabbunaa warabbuhum waquluu bunaa waquluu buhum biyadika, wa innamaa yaghlibuhum anta.
“Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami dan Rabb mereka, kalbu kami dan kalbu mereka berada di dalam tangan (kekuasaan)-Mu, sesungguhnya hanya Engkaulah yang dapat mengalahkan mereka.
Diriwayatkan pada sebuah hadis dari kitab Ibnu Sinni melalui Anas r.a. yang menceritakan:
Kami bersama Nabi saw dalam suatu peperangan, lalu beliau bersua dengan musuh, maka kudengar beliau mengucapkan doa berikut:
يَامَالِكَ يَوْمِ الدِّيْنِ اِيَّاكَ نَعْبُدُوَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Yaa maalika yaumiddiini iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iinu.
“Wahai Yang Menguasai hari pembalasan, hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.”
Aku melihat kaum laki-laki (dari kalangan musuh) terjungkal mati dipukul oleh para malaikat di sebelah depan dan belakang beliau.
Imam Syafii di dalam kitab Al Umm meriwayatkan dengan sanad yang mursal, bahwa Nabi saw pernah bersabda:
Carilah oleh kalian doa yang diperkenankan, yaitu di saat bala tentara sedang berperang, salat diiqamahkan, dan disaat hujan turun.
Disunatkan pula dengan sunat yang kukuh (muakkad) membaca Al Qur’an yang dihafal dan mengucapkan doa orang yang tertimpa malapetaka, yang menurut kitab Shahihain bunyinya sebagai berikut:
اَلاَاِلٰهَ اِلاَّاللّٰهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ, لاَاِلٰهَ اِلاَّاللّٰهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ, لاَاِلٰهَ اِلاَّاللّٰهُ رَبُّ السَّمٰوَاتِ وَرَبُّ الْاَ رْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ
Laa ilaaha illallaahul ‘adhiimul haliimu, laa ilaaha illallaahu rabbul ‘arsyil ‘adhiimi, laa ilaaha illallaahu rabbus samaawaati warabbul ardhi warabbul ‘arsyil kariimi.
Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tidak ada Tuhan selain Allah, Rabb ‘Arasy yang agung. Tidak ada Tuhan selain Allah, Rabb langit dan Rabb bumi serta Rabb ‘Arasy yang mulia.
Hendaknya pula seseorang mengucapkan doa lain yang telah disebutkan di dalam hadis lain, yaitu:
لاَاِلٰهَ اِلاَّاللّٰهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ, سُبْحَانَ اللّٰهِ رَبِّ السَّمٰوَاتِ السَّبْعِ وَرَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ, لاَاِلٰهَ اِلاَّاَنْتَ, عَزَّجَارُكَ وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ
Laa ilaaha illallaahul haliimul kariimu, subhaanallaahi rabbis samaawaatis sab’i warabbil ‘arsyil ‘adhiimi, laa ilaaha illaa anta, azza jaaruka wajalla tsanaa-uka.
Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Penyantun lagi Maha Mulia. Maha Suci Allah, Rabb langit yang tujuh, Rabb ‘Arasy yang agung, Tidak ada Tuhan selain Engkau, kuatlah perlindungan-Mu dan agunglah pujian-Mu.
Doa lain yang dianjurkan untuk dibaca ialah:
حَسْبُنَااللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
Hasbunallaahu wani’mal wakiilu.
Cukuplah Allah sebagai pelindung kami, Dia sebaik-baik penolong.
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللّٰهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ, مَاشَاءَاللّٰهُ لاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللّٰهِ, اِعْتَصَمْنَابِاللّٰهِ, اِسْتَعَنَّابِاللّٰهِ, تَوَكَّلْنَاعَلَى اللّٰهِ
Laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiimi, maa syaa Allaahu laa quwwata illaa billaahi, i’tashamnaa billaahi, ista’annaa tawakkalnaa ‘alallaahi.
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung, apa yang dikehendaki-Nya tidak ada kekuatan selain dengan pertolongan-Nya. Kami berpegang kepada Allah, kami memohon pertolongan kepada Allah, kami bertawakal kepada Allah.
حَصَّنْتَنَا كُلَّنَا اَجْمَعِيْنَ بِالْحَىِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِى لاَيَمُوْتُ اَبَدًا, وَدَفَعْتُ عَنَّاالسُّوْءَبِلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللّٰهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ
Hash shantanaa kullanaa ajma’iina bil hayyil qayyuumil ladzii laa yamuutu abada, wadafa’tu ‘annas suu-a bilaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiimi.
Engkau telah melindungi kami semua dengan Tuhan Yang Maha Hidup Abadi lagi terus menerus mengatur makhluk-Nya yang tidak akan mati selama-lamanya.
Engkau telah membela kami dari kejahatan berkat tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
يَاقَادِمَ الْاِ حْسَانِ, يَامَنْ اِحْسَانُهُ فَوْقَ كُلِّ اِحْسَانٍ, يَامَالِكَ الدُّنْيَاوَالْاٰ خِرَةِ, يَاحَىُّ يَاقَيُّوْمُ, يَاذَاالْجَلاَلِ وَالْاِ كْرَامِ, يَامَنْ لاَيُعْجِزُهُ شَيْءٌوَلاَيَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ, اُنْصُرْنَاعَلَى اَعْدَاءِنَاهٰؤُلاَءِوَغَيْرِهِمْ, وَاَظْهِرْنَاعَلَيْهِمْ فِى عَافِيَةٍ وَسَلاَمَةٍ عَامَّةٍ عَاجِلاً
Yaa qaadimal ihsaani, yaa man ihsaanuhu fauqa kulli ihsaanin, yaa maalikad dunyaa wal aakhirati, yaa hayyu yaa qayyuumu, yaa dzal jalaali wal ikraami, yaa man laa yu’jizuhu syai-un walaa yata’aa dhamuhu syai-un, unshurnaa ‘ala a’daa inaa haa ulaa-i wa ghairihim, wa adh-hirnaa ‘alaihim fii ‘aafiyatin wasalaamatin ‘aammatin ‘aajilan.
Wahai Yang Maha dahulu kebaikan-Nya, wahai Tuhan yang kebaikan-Nya di atas semua kebaikan, wahai raja dunia dan akhirat, wahai yang Maha Hidup, wahai yang mengatur makhluk-Nya terus-menerus, wahai yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, wahai Tuhan yang tiada sesuatu pun dapat melemahkan-Nya dan tiada pula sesuatu pun yang lebih besar dari-Nya, tolonglah kami atas musuh-musuh kami itu dan selain mereka, dan menangkanlah kami atas mereka dalam keadaan sehat dan selamat yang menyeluruh lagi segera.