Allah swt berfirman dalam surat Al Anfal ayat 45-47:
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini merupakan ayat yang paling mencakup semua etika berperang.
Diriwayatkan di dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi saw berada di dalam kemah kecilnya seraya berdoa:
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَنْشُدُكَ عَهْدَكَ وَوَعْدَكَ, اَللّٰهُمَّ اِنْ شِءْتَ لَمْ تُعْبَدْ بَعْدَ الْيَوْمِ
Allaahumma innii ansyuduka ‘ahdaka wawa’daka, Allaahumma insyi’ta lam tu’bad ba’dal yaumi.
“Ya Allah, sesungguhnya aku menuntut kesediaan dan janji-Mu. Ya Allah, jika Engkau menghendaki, niscaya Engkau tidak akan disembah sesudah hari ini.”
Sahabat Abu Bakar r.a. memegang tangannya dan berkata, “Cukuplah wahai Rasulullah, sesungguhnya Engkau telah mendesak Rabbmu.”
Maka beliau (Nabi saw) keluar dari kemahnya seraya membacakan firman Allah, “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka, dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (Al Qamar ayat 45-46).
Riwayat lain menyebutkan bahwa hal itu terjadi pada perang Badar. Demikian menurut lafaz yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.