Musibah berasal dari kata ashaaba, yushiibu, mushiibatan yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu, baik berupa kesenangan maupun kesusahan.
Namun umumnya dipahami musibah selalu identik dengan kesusahan. Padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya musibah juga. Dengan musibah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala hendak menguji siapa yang paling baik amalnya.
”Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, karena Kami hendak memberi cobaan kepada mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amalnya.” (Al- Kahfi ayat 7)
Dibawah ini adalah doa yang sangat baik dipanjatkan kepada Allah agar dijaga dari musibah atau bencana.
اَللّٰهُمَّ اَنْتَ رَبِّى لاَاِلٰهَ اِلاَّاَنْتَ عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاَنْتَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ. مَاشَاءَاللّٰهُ كَانَ وَمَالَمْ يَشَأْلَمْ يَكُنْ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّبِاللّٰهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ. اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍقَدِيْرٌوَاَنَّ اللّٰهَ قَدْاَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍعِلْمً. اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّنَفْسِىْ وَمِنْ شَرِّكُلِّ دٓابَّةٍ اَنْتَ اٰخِذٌبِنَاصِيَتِهَا. اِنَّ رَبِّى عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ
Allaahumma anta rabbi laa ilaaha illaa anta ‘alaika tawakkaltu wa anta rabbul ‘arsyil adhiimi. Maasyaa Allaahu kaana wamaa lam yasya’ lam yakun laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiimi. A’lamu annaallaaha ‘alaa kulli syai-in qadiirun wa annallaaha qad ahaatha bikulli syai-in ‘ilman. Allaahumma a’uudzubika min syarri nafsii wa min syarri kulli daabbatin anta aakhidzun binaa shiyatihaa. Inna rabbi ‘ala shiraatin mustaqiimin.
“Wahai Allah! Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau, hanya kepada Engkau aku berserah diri, dan Engkau adalah Tuhan arasy yang agung. Apa saja yang Allah kehendaki akan terjadi, dan apa yang tak dikehendaki-Nya tak akan terjadi, tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Aku tahu bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Wahai Allah! sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan diriku dan kejahatan setiap binatang melata, Engkaulah yang akan mengambil ubun-ubunnya (melenyapkannya), sesungguhnya Tuhanku berada di atas jalan yang lurus.”
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa seseorang telah datang kepada Abu Darda. Lelaki itu berkata, “Abu Darda, rumahmu terbakar!”
Abu Darda menjawab, “Tidak, tidak terbakar, Allah tak akan melakukan hal itu karena aku telah membaca beberapa kalimat yang kudengar dari Rasulullah saw. Barang siapa yang membacanya di awal pagi, pasti ia akan selamat dari musibah hingga sorenya, dan barang siapa membacanya di akhir siang (sore), pasti ia akan selamat dari musibah hingga paginya.” Lalu Abu Darda membca doa diatas.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa orang berdatangan menemui Abu Darda untuk memberitahukan bahwa rumah beliau terbakar. Tetapi beliau berkata, “Tidak terbakar, karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘barang siapa yang di pagi hari membaca doa diatas, pasti dirinya, keluarganya, dan harta bendanya aman dari bencana apapun yang tak disukai. Hari ini aku telah membacanya. Oleh karena itu mari kita lihat.” Maka ketika tiba disana mereka melihat rumah Abu Darda masih utuh, sedangkan rumah di sekitarnya habis terbakar.