Berdoa setelah tasyahud akhir merupakan hal yang disyariatkan tanpa ada yang memperselisihkannya. Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim melalui Abdullah ibnu Mas’ud r.a yang menceritakan:
B”ahwa Nabi saw mengajarkan kepada mereka tasyahhud, kemudian pada akhirnya beliau bersabda, “Kemudian hendaklah sesudah itu ia memilih doa (yang disukainya).”
Menurut riwayat Imam Bukhari disebutkan seperti berikut: “Kemudian hendaklah ia memilih doa yang disukainya, lalu ia memanjatkannya.”
Menurut riwayat Imam Muslim disebutkan seperti berikut: “Kemudian hendaklah ia memilih permintaan (doa) yang dikehendakinya.”
Doa ini hukumnya sunat, bukan wajib. Disunatkan memanjangkan doa ini kecuali jika ia bertindak sebagai imam. Seseorang boleh berdoa sekehendak hati menyangkut perkara dunia dan akhirat. Ia boleh berdoa dengan doa-doa yang di-ma’tsur dari Nabi saw, sebagaimana diperbolehkan pula baginya berdoa dengan doa yang dibuatnya sendiri, tetapi doa yang di-ma’tsur lebih afdhal.
Di dalam kitab Shahih Muslim dan Shahih Bukhari melalui sahabat Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Apabila seseorang di antara kalian telah selesai dari tasyahhud akhir, hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari 4 perkara, yaitu: dari siksa neraka jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejahatan Al-Masih Ad-Dajjal.”
Di dalam riwayat yang lain disebutkan sebagai berikut: “Apabila seseorang di antara kalian telah selesai dari tasyahhud akhirnya, hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari 4 perkara melalui ucapannya:
اَللّٰهُمَّ اِنِّىْ اَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَاوَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّفِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannama, wamin ‘adzaabil qabri, wamin fitnatihil mahyaa walmamaati, wamin syarri fitnatil masiihid dajjaali.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, dari siksa kubur, dari cobaan hidup dan mati, dan dari kejahatan cobaan Al-Masih Ad-Dajjal.”
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim melalui Siti Asyiah r.a bahwa Nabi Muhammad saw mengucapkan doa berikut di dalam salatnya:
اَللّٰهُمَّ اِنِّىْ اَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِوَ اَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ وَ اَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَاوَالْمَمَاتِ اَللّٰهُمَّ اِنِّىْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْمأْ ثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabil qabri wa a’uudzubika min fitnatil masiihid dajjaali wa a’uudzubika min fitnatil mahyaa walmamaati Allaahumma innii a’uudzubika minal ma’tsami wal maghrami.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati. Ya Allah, sesunggguhnya aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan utang.”
Diriwayatkan di dalam kitab Shahih Muslim melalui sahabat Ali yang menceritakan: “Rasulullah saw bila berdiri untuk salat, maka akhir dari doa yang diucapkannya antara tasyahhud dan dalam ialah:
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ مَاقَدَّمْتُ وَمَااَخَّرْتُ وَمَااَسْرَرْتُ وَمَااَعْاَنْتُ وَمَااَسْرَفْتُ وَمَااَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّىْ اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّاَنْتَ
Allaahummagh firlii maa qaddamtu wama akhkhartu wamaa asrartu wamaa a’lantu wamaa asraftu wamaa anta a’lamu bihi minnii antal muqaddimu wa antal muakhkhiru laa ilaaha illaa anta.
“Ya Allah, ampunilah daku atas dosa-dosaku yang terdahulu, dosa-dosaku yang kemudian, dosa-dosaku yang kusembunyikan, dosa-dosaku yang kulahirkan, dan (ampunilah daku atas) berlebih-lebihanku, serta (ampunilah daku atas) semua dosa yang Engkau lebih mengetahui dariku. Engkau adalah Tuhan yang mendahulukan dan Engkau adalah Tuhan yang mengakhirkan, tidak ada Tuhan selain Engkau.”
Di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadis melalui Abdullah ibnu Amr ibnul Ash r.a dari sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq r.a: Bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah saw, “Ajarkanlah kepadaku suatu doa yang aku panjatkan di dalam salatku.” Nabi saw bersabda, “Katakanlah
اَللّٰهُمَّ اِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِىْ ظُلْمًاكَثِيْرًاوَلاَيَغْفِرُالذُّنُوْبَ اِلاَّاَنْتَ فَاغْفِرْلِىْ مَغْفِرَةًمِنْ عِنْدِكَ, وَارْحَمْنِىْ اِنَّكَ اَنْتَ الْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ
Allaahumma inni dhalamtu nafsii dhulman katsiiran walaa yaghfirudz dzunuuba illaa anta faghfirlii maghfiratan min ‘indika warhamnii innaka antal ghafuurur rahiimu.
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri dengan perbuatan aniaya yang banyak, sedangkan tidak ada seorang pun yang mengampuni dosa selain Engkau. Maka ampunilah daku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah daku; sesungguhnya Engkay Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Di dalam kitab Sunan Abu Daud diriwayatkan sebuah hadis sahih melalui Abu Shaleh Dzakwan dari sebagian sahabat Nabi saw, yang telah menceritakan: “Nabi saw bertanya kepada seorang lelaki, “Bagaimanakah caramu berdoa setelah salat?” lelaki itu menjawab, “Aku mengucapkan tasyahhud, setelah itu kuucapkan,
اَللّٰهُمَّ اِنِّىْ اَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ النَّارِ
Allaahmma innii as-alukal jannata wa a’uudzubika minannaari.
‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon surga kepada-Mu dan berlindung kepada-Mu dari neraka’. Adapun diriku tidak dapat mengucapkan doa sepertimu dan tidak pula seperti doa Mu’adz.” Maka Nabi saw bersabda, “Kami berdoa di sekitar keduanya.”
Diantara doa yang sunat dibaca dalam semua keadaan adalah doa berikut:
اَللّٰهُمَّ اِنِّىْ اَسْأَلُكَ الْعَفْوَوَالْعَافِيَةَ, اَللّٰهُمَّ اِنِّىْ اَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْعِنَى
Allaahumma innii as-alukal ‘afwa wal’aafiyata, Allaahumma innii as-alukal huda wattuqa wal’afaafa wal ghina.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu pemaafan dan kesehatan. Ya Allah, sesunguhnya aku memohon petunjuk, takwa, memelihara diri dari dosa dan kecukupan.”