Meninggalkan dunia yang fana ini dalam keadaan husnul khatimah merupakan dambaan setiap insan yang beriman, karena hal itu sebagai bisyarah, kabar gembira dengan kebaikan untuknya. Al-Imam Al-Albani Rahimahullah menyebutkan beberapa tanda husnul khatimah dalam kitabnya yang sangat bernilai Ahkamul Jana`iz wa Bida’uha.
Berikut ini kami nukilkan secara ringkas untuk pembaca yang mulia, disertai harapan dan doa kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala agar kita termasuk orang-orang yang mendapatkan husnul khatimah dengan keutamaan dan kemurahan dari-Nya. Amin!
Pertama: mengucapkan syahadat ketika hendak meninggal, dengan dalil hadits Mu’adz bin Jabal Radhiyallaahu ‘anhu, ia menyampaikan dari Shallallaahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa yang akhir ucapannya adalah kalimat ‘La ilaaha illallah’ ia akan masuk surga.”
Husnul khatimah terambil dari dua kata, yaitu husnul yang berarti terbaik, khotimah yang berarti akhirnya. Jadi, Husnul khatimah artinya akhir hidupnya terbaik, wafat dalam kondisi terbaik.
Husnul khatimah merupakan suatu kondisi yang mana seseorang hamba diberi taufiq oleh Allah swt sebelum datangnya kematian untuk meninggalkan segala macam perbuatan yang mendatangkan kemurkaan Allah swt, dan ia di beri hidayah oleh Allah swt untuk bertaubat dari segala dosa dan maksiat dan bersegera melakukan ketaatan dan perbuatan baik, kemudian dia menutup usianya diatas kebaikan.
Dari Anas bin Malik ra berkata bahwasanya Rasulullah saw bersabda : “Apabila Allah memnghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah akan mempekerjakannya. Para sahabat bertanya : Bagaimana Allah swt akan mempekerjakannya ? Rasulullah saw bersabda : ”Allah akan memberikan taufiq/hidayah kepadanya untuk beramal sholeh sebelum ia meninggal dunia.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi dan dishohihkan oleh Al-Hakim, Dhiya al-Maqdisi, al-Arna’ut dan Al-Albani).
Di bawah ini adalah doa yang bila dibaca maka Insya Allah nantinya mati dalam keadaan husnul khatimah.
اَللّٰهُمَّ اخْتِمْ لَنَابِخَاتِمَةِ السَّعَادَةِ. وَاجْعَلْنَامِنَ الَّذِيْنَ لَهُمُ الْحُسْنٰى وَزِيَدَةْ. بِجَاهِ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍصَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذِى الشَّفَاعَةِ. وَآلِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِىْ السِّيَادَةِ. وَسَيِّدِنَااَبِى الْعَبَّاسِ الْخَضِرِبَلْيَابْنِ مَلْكَانِ ذِى الْاِ سْتِقَامَةِ. وَسَيِّدِنَاالْغَوْثِ الْاَ عْظَمِ الشَّيْخِ عَبْدِالْقَادِرِالْجَيْلَنِ ذِى الْكَرَمَةِ وَصَلَّى اللّٰهُ عَلٰى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Allaahummakh tim lanaa bikhaa timatissa’aadati, waj’alnaa minalladziina lahumul husnaa waziyaadah, bijaahi sayyidinaa Muhammadin shallallaahu ‘alaihi wasallama dzisy syasaa’ati, wa aalihi washahbihi dzawissiyaadati, wasayyidinaa abil ‘abbasil khadhiri balyabni malkaani dzil istiqaamati, wasayyidinaal ghautsil a’dhamisy syaikhi ‘abdil qaadiril jailaani dzil karamati washallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa aalihi washahbihi wasallama.
“Ya Allah, semoga Engkau berkenan menghabisi (hidupku) dengan penghabisa bahagia, dan jadikanlah kami dari golongan orang-orang yang mereka itu memperoleh kebaikan di surga dan tambahannya (melihat Allah swt) dengan sebab kemuliaan junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang memiliki syafa’at, dan keluarga beserta para sahabatnya yang memiliki keutamaan dan penghulu kami Abil Abbas yaitu Hidlir Balya bin Malkan yang memiliki keteguhan, dan penghulu kami Waliyullah yang memberi pertolongan yang agung Syaikh Abdul Qadir Jailani yang memiliki karamah. Dan semoga rahmat dan keselamatan tetap dilimpahkan untuk junjungan kami Nabi Muhammad saw, para keluarga dan sahabatnya.”