Istighfar atau Astaghfirullah adalah tindakan meminta maaf atau memohon keampunan kepada Allah yang dilakukan oleh umat Islam. Hal ini merupakan perbuatan yang dianjurkan dan penting di dalam ajaran Islam. Tindakan ini secara harfiah dilakukan dengan mengulang-ulang perkataan dalam bahasa Arab astaghfirullah, yang berarti “Saya memohon ampunan kepada Allah”.
Seorang Muslim menyebut perkataan ini beberapa kali, bukan saja ketika meminta ampun dari Allah sebagai doa, malah juga ketika dia sedang berbicara dengan orang lain. Apabila seorang Muslim hendak mencegah dari melakukan perbuatan yang salah, atau saat ia mau membuktikan bahwa dia tidak bersalah pada satu peristiwa dia menggunakan pernyataan ini. Setelah salat, seorang Muslim dianjurkan melafalkan perkataan ini sebanyak tiga kali.
Istighfar dalam filosofi Islam bermakna seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk menaati perintah Tuhan dan tidak melanggarnya. Dalam Islam, makna Istighfar tidak terletak pada pengucapannya, namun pada seberapa dalam seseorang yang beristighfar memaknai dan menghayati apa yang ia ucapkan, dalam konteks yang lebih jauh lagi, agar ia terus mengingat Tuhan di saat ia tergoda untuk melakukan perbuatan dosa, dan apabila telah melakukan dosa, maka istighfar adalah titik baginya untuk bertekad tidak mengulangi perbuatannya.
Di bawah ini adalah riwayat yang mengisahkan tentang keutamaan membaca istighfar:
Diceritakan oleh Al Yafi’i dari sebagian orang-orang shalih yang senantiasa beribadah kepada Allah selama 40 tahun. Pada suatu malam ketika ia bermunajat kepada Allah, tiba-tiba terlintas di benaknya untuk mohon ampun kepada Allah lalu berdoa, “Wahai Tuhanku, tunjukkan kepadaku tentang apa yang Kamu sediakan untukku daripada bidadari surga!”
Ternyata doanya itu dikabulkan oleh Allah. belum selesai ia berdoa tiba-tiba dinding mihrabnya terbelah, lalu keluarlah bidadari-bidadari yang cantik-cantik lagi menawan. Jika turun ke dunia ini niscaya akan membuat penduduk bumi tergoda karenanya, lalu orang shalih itu berkata, “Siapakah kamu ini?” lalu bidadari itu bersyair:
“Engkau telah mengadu kepada Tuhan dan sungguh Dia mengetahui pengaduanmu itu, kamu diberi apa yang telah idamkan, dan segala balak telah dilenyapkan darimu. Tuhanmu mengutusku sebagai penghibur dalam kesepianmu, sesungguhnya aku senantiasa memanggilmu dengan pelan-pelan, seandainya Engkau mendengar panggilanku itu.”
Lalu lelaki itu bertanya, “Untuk siapakah kamu ini?” Jawabnya, “Untukmu.” Lelaki itu berkata lagi, “Berapakah banyaknya gadis-gadis yang akan diberikan padaku?” Ia menjawab, “Sekitar seratus gadis bidadari yang akan diberikan kepadamu dan masing-masing gadis itu mempunyai pelayan. Tiap-tiap pelayan mempunyai dayang, dan tiap-tiap dayang mempunyai pimpinan.”
Akhirnya lelaki itu bergembira lalu bertanya pada sang bidadari, “Apakah Allah juga memberi kepada orang yang lebih banyak daripadaku?” Jawabnya, “Wahai orang miskin, pemberian seperti itu adalah pemberian orang-orang yang malas yang hanya membaca istighfar lalu diampuni dosanya oleh Allah, kemudian mohon ampun kepada Allah di waktu matahari terbenam. Akhirnya dosanya diampuni.”