Apabila disebut nama Rasulullah saw disunatkan mengucapkan salawat dan salam dengan suara keras, tetapi tidak boleh berlebihan. Di antara ulama yang menganjurkan agar mengeraskan suara dalam membaca salawat dan salam ialah Imam Al Hafizh Abu Bakar Al Khathib Al Bagdadi dan lain-lain.
Menggabungkan salawat dan salam
Apabila seseorang mengucapkan salawat untuk Nabi saw, hendaklah ia menggabungkan antara salawat dan salam, jangan membatasi diri dengan salah satu dari keduanya. Untuk itu, jangan hanya mengucapkan shallallaahu, dan jangan pula mengucapkan ‘alaihis salam saja.
Membuka doa dengan hamdalah dan salawat untuk Nabi saw
Diriwayatkan di dalam kitab Sunan Abu Daud, Imam Turmudzi, dan Imam Nasai melalui Fudhalah ibnu Ubaid r.a. yang menceritakan:
Rasulullah saw mendengar seorang lelaki berdoa di dalam salatnya tanpa memuji kepada Allah swt, dan tanpa membaca salawat untuk Nabi saw. Maka Rasulullah saw bersabda, “Orang ini sangat terburu-buru,” kemudian beliau (Nabi saw) memanggilnya dan berkata kepadanya atau kepada selainnya, “Apabila seseorang di antara kalian berdoa, hendaklah memulainya dengan memuji Rabbnya dan menyanjung-Nya, kemudian membaca salawat untuk Nabi saw, setelah itu baru berdoa menurut kehendaknya.”
Diriwayatkan di dalam kitab Imam Turmudzi melalui sahabat Umar ibnul Khatthab yang mengatakan, “Sesungguhnya doa itu terhenti di antara langit dan bumi, tiada sesuatu pun darinya yang dapat naik sebelum engkau membaca salawat kepada Nabimu saw.”
Menurut para ulama sunat memulai doa dengan membaca hamdalah (memuji) kepada Allah swt dan menyanjung-Nya, kemudian membaca salawat untuk Rasulullah saw. Demikian pula di akhir doa, disunatkan membaca kedua hal tersebut.