Ucapan Salam dan Menjawab Salam

Mengucapkan salam kepada sesama muslim merupakan sebuah hal yang sangat baik. Karena substansinya ialah saling mendoakan. Oleh karena itu, kita harus istiqamah untuk memberi salam kepada sesama muslim, dan menjawab salam ketika ada orang yang memberi salam kepada kita.

Diriwayatkan di dalam kitab Ibnu Sinni dengan sanad yang dhaif melalui Anas r.a. yang menceritakan, “Ada seorang lelaki yang sedang menggembalakan ternak temannya bersua dengan Nabi saw, lalu ia mengucapkan:

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَارَسُوْلَ اللّٰهِ

 “Assalaamu ‘alaika, wahai Rasulullah.”

Maka Nabi saw mengucapkan kepadanya:

وَعَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ وَمَغْفِرَتُهُ وَرَضْوَانُهُ

 “Wa’alaikas salaam warahmatullaahi wabarakaatuh wa maghfiratuh wa ridhwaanuhu (Dan semoga pula keselamatan, rahmat Allah, berkah-Nya, ampunan-Nya dan ridha-Nya terlimpah kepadamu).”

Lalu ada orang bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau telah memberi salam kepada orang ini dengan salam yang belum pernah engkau lakukan kepada seorang pun di antara sahabatmu?”

Nabi saw menjawab, “Apakah yang mencegahku dari hal tersebut, sedangkan dia pergi dengan membaw apahala lebih dari sepuluh orang lelaki?”

Membaca Salam

Orang yang memulai denga ucapan Assalaamu ‘alaikum telah memperoleh pahala salam; jika ia mengucapkan assalaamu ‘alaika atau salaamun ‘alaika, ia memperoleh pahala salam pula. Jawabannya minimal ialah ucapan wa ‘alaikas salaam atau wa’alaikumus salaam. Jika ia membuang wawu, lalu ia mengucapkan menjadi ‘alaikumus salaam, hal itu sudah cukup sebagai jawaban.

Dalil dari Al Qur’an yaitu di dalam surat Huud ayat 69:

قَالُوْ سَلٰمًاقَالَ سَلٰمٌ

Qaaluu salaaman, qaala salaamun.

Mereka mengucapkan “Selamat”, Ibrahim menjawab “selamat”.

Hal ini (sekalipun ditetapkan dalam syariat terdahulu) disetujui dan ditetapkan pula syariat kita, sebagaimana tertera dalam hadis Abu Hurairah mengenai jawaban malaikat kepada Adam a.s. Nabi saw telah menceritakan kepada kita bahwa Allah telah berfirman kepada Adam a.s: “Salam tersebut merupakan salam penghormatan kamu dan anak cucumu.”

Sedangkan umat ini termasuk ke dalam golongan anak cucu Nabi Adam a.s.

Para ulama sepakat bahwa seandainya jawaban salam hanya “’alaikum” (semoga pula atas diri kalian), hal ini bukanlah merupakan jawaban salam.

Seandainya seseorang mengatakan, “wa ‘alaikum” (dan semoga pula atas diri kalian), apakah hal ini dianggap sebagai jawaban? Ada dua pendapat di kalangan ulama. Seandainya orang yang memulai mengucapkan “salaamun ‘alaikum,” atau “assalaamu ‘alaikum,” maka orang yang menjawabnya boleh memilih salah satu di antara dua jawaban ini. Ia boleh mengucapkan “salaamun ‘alaikum,” atau “assalaamu ‘alaikum.”

Allah swt telah berfirman dalam surat Huud ayat 69: Qaaluu salaaman, qaala salaamun.

Mereka mengucapkan “Selamat”, Ibrahim menjawab “selamat”.

Menurut Imam Abul Hasan Al Wahidi mengatakan, “boleh memilih me-nakirah-kan lafaz assalaam atau men-ta’rif-kannya.” Tetapi yang lebih utama ialah memakai alif lam.