Syu’aib secara harfiah artinya “Yang Menunjukkan Jalan Kebenaran”. Karena menurut kisah Islam, Syu’aib telah berusaha untuk menujukkan jalan yang lurus kepada umatnya yaitu penduduk Madyan dan Aykah.
menurut Islam, Syu’aib adalah salah satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga nabi lainnya adalah Hud, Shaleh, dan Muhammad. Ia seorang nabi yang dijuluki juru pidato karena kecakapan dan kefasihannya dalam berdakwah.
Dia diyakini merupakan cicit laki-laki Ibrahim. Dia diutus sebagai nabi untuk kaum Madyan untuk memperingatkan mereka karena kecurangan-kecurangan mereka. Ketika mereka tidak menyesali perbuatannya, Allah menghancurkan kaum tersebut.
Nabi Syu’aib as adalah salah seorang di antara nabi-nabi Ilahi yang menanggung derita di jalan tabligh tauhid dan petunjuk umat dan memikul bencana dari umat yang melampaui batas, pengikut kesyirikan dan setan. Penduduk kota Madyan dalam keyakinan dan akidah berada dalam kesesatan dan penyelewengan berpikir, dalam tindakan sosial menuju kepada jalan yang tidak benar dan pula dalam transaksi orang-orang yang berkhianat. Dengan perintah Ilahi nabi Syu’aib as bertekad menyampaikan tauhid murni, melakukan perlawanan dengan kerusakan-kerusakan sosial dan ekonomi mereka.
Akan tetapi umat yang terbiasa dengan keyakinan-keyakinan batil dan kebiasaan-kebiasaan tidak benar menyalahkan nabi Syu’aib as dan membela keyakinan-keyakinan dan sunnah-sunnah mereka sendiri. Nabi Syu’aib as berkata kepada mereka: “Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.”
Nabi Syu’aib as menyeru umat kepada taubat dan tauhid dan memperingatkan bahwa azab Ilahi yang telah diturunkan kepada umat-umat sebalumnya akan turun pula kepada mereka.
Akan tetapi umat nabi Syu’aib as dari pada sadar, justru mengancam beliau bahwa “kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu”.
Penyuluhan dan perlawanan kultur dan pemikiran nabi Syu’aib as terus berlanjut hingga ketika para pemuka kekafiran dan kebodohan menawarkan dua jalan kepada nabi Syu’aib dan kaum Mukminin dan mengatakan: “Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami.”
Nabi Syu’aib as menjawab: “Sungguh Kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika Kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan Kami dari padanya. dan tidaklah patut Kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan Kami menghendaki(nya). pengetahuan Tuhan Kami meliputi segala sesuatu. kepada Allah sajalah Kami bertawakkal. Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara Kami dan kaum Kami dengan hak (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.”
Menurut keterangan ahli tafsir, Nabi Syu’aib setelah putus asa mengajak beriman kaumnya, beliau berdoa dengan doa di bawah ini.
رَبَّنَاافْتَحْ بَيْنَنَاوَبَيْنَاقَوْمِنَابِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُالْفَاتِحِيْنَ
Rabbanaf tah bainanaa wa bainaa qauminaa bil haqqi wa anta khairul faatihiina
“Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan yang hak (adil), dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (al A’raaf ayat 89)