Shalat sunnah rawatib merupakan sebuah hal yang sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap umat islam. Selain hukumnya yang sunnah, artinya akan mendapatkan pahala dari Allah bila dikerjakan, shalat sunnah rawatib juga bisa sebagai penambal bagi kekurangan-kekurangan shalat fardhu yang kita lakukan. Berikut ini akan dijelaskan Tuntunan Tata Cara Niat Shalat Sunnah Rawatib Ghairu Muakkad
Pada dasarnya shalat sunnah rawatib pelaksanaannya atau tatacaranya sama dengan shalat yang lainnya, tetapi yang membedakan hanyalah niatnya saja.
Shalat sunnah rawatib ini memiliki berbagai keutamaan, bahkan para ulama selalu mengerjakan shalat rawatib. Shalat ini dikerjakan sebelum dan setelah shalat fardhu, shalat sunnah rawatib ada secara hukum yang dikuatkan dan tidak dikuatkan.
Shalat sunnah rawatib yang dikuatkan (muakkad)
- 2 rakaat sebelum dhuhur.
- lalu 2 rakaat sesudah dhuhur.
- setelah itu 2 rakaat sesudah maghrib.
- kemudian 2 rakaat sesudah isya.
- dan 2 rakaat sebelum subuh.
Shalat sunnah rawatib yang tidak dikuatkan (ghairu muakkad)
- 2 rakaat sebelum dhuhur.
- lalu 2 rakaat sesudah dhuhur.
- 4 rakaat sebelum ashar.
- dan 2 rakaat sebelum ‘isya.
Tata Cara Sholat Sunnah Rawatib
Hal pertama adalah niat. Sama seperti pada sholat-sholat lainnya niat sholat rawatib juga dilakukan dalam posisi berdiri. Niat boleh dilafalkan lafadz arabnya dengan pembacaan yang jelas dan tegas dengan mulut namun yang terpenting adalah niat yang diartikan dan digaungkan di dalam hati, harus dengan tegas, jelas, yakin dan pasti. Jika niat yang diartikan dan digaungkan di dalam hati ini masih terasa belum jelas dan yakin sebaiknya diulangi.
Adapun untuk niat-niat shalat sunnah rawatib akan dijelaskan di bawah ini:
Niat shalat rawatib sebelum dan sesudah dhuhur
اُصَلِّ سُنَّةَ الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً (بَعْدِيَّةً) لِلّٰهِ تَعَالٰى
Ushalli sunnatad dhuhri rak’ataini qabliyatan (ba’diyatan) lillaahi ta’aalaa.
“Saya niat shalat sunah sebelum (sesudah) dhuhur 2 rakaat karena Allah Ta’ala.”
Niat shalat sunah rawatib sebelum ashar:
اُصَلِّ سُنَّةَ الْعَصْرِرَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً لِلّٰهِ تَعَالٰى
Ushalli sunnatal ‘ashri rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
“Saya niat shalat sunah sebelum ‘ashar 2 rakaat karena Allah Ta’ala.”
Niat shalat sunah rawatib sesudah maghrib
اُصَلِّ سُنَّةَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً لِلّٰهِ تَعَالٰى
Ushalli sunnatal maghribi rak’ataini ba’diyyatan lillaahi ta’aalaa.
“Saya niat shalat sunah sesudah maghrib dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
Niat shalat sunah rawatib sebelum ‘isya
اُصَلِّ سُنَّةَ الْعِشَاءِرَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً (بَعْدِيَّةً) لِلّٰهِ تَعَالٰى
Ushalli sunnatal ‘isyaa-i rak’ataini qabliyyatan (ba’diyyatan) lillaahi ta’aalaa
“Saya niat shalat sunat sebelum (sesudah) ‘isya 2 rakaat karena Allah Ta’ala.”
Jika sudah menegakkan niat, takbir dan membaca doa iftitah serta surat al-faatihah, maka langkah selanjutnya adalah sama seperti sholat-sholat lainnya. Seperti dengan pembacaan Surat al-Qur’an, ruku’, tuma’ninah hingga sujud yang terakhir dengan bacaan yang juga sama. Kemudian dilakukan sebanyak dua atau empat rakaat tergantung sholat rawatib apa yang kita lakukan.
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Ummu Habibah radiyallahu ‘anha meriwayatkan hadits yang berkaitan dengan keutamaan shalat sunnah rawatib, dia berkata. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa sholat dua belas rakaat pada siang hari dan malam hari, maka baginya akan dibangunkan rumah di surga“.
Lalu Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib semenjak dari mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah berkata: Maka aku tidak pernah meninggalkannya sesudah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah.
‘Amr bin Aus berkata: Aku tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata. Aku tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan hadits tentang shalat sunnah rawatib sebelum shubuh (qobliyah subuh), dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda. “Dua rakaat sebelum subuh itu lebih baik dari dunia dan seisinya“. Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Dua raka’at sebelum subuh itu lebih aku cintai daripada dunia dan seisinya”
Sholat sunnah sebelum subuh ini merupakan sholat sunnah rawatib yang paling utama dan Rasulullah SAW sendiri tidak pernah meninggalkannya. Baik dalam keadaan mukim (tidak berpegian) atau ketika safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan hadits tentang keutamaan sholat sunnah rawatib dzuhur, dia berkata. Aku mendengar rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (shalat sunnah) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Allah haramkan api neraka baginya“.